have you ever imagine...?

Earth


Other Planets


SUN


Sun and other stars


Other Stars Again

our sun is like a dust in that pic..

"Indonesia Jangan Sampai Besar"

INDONESIA adalah bangsa besar.Tanda kebesarannya antara lain lapang
jiwanya, sangat suka mengalah, tidak lapar kemenangan dan keunggulan
atas bangsa lain, serta tidak tega melihat masyarakat lain kalah tingkat
kegembiraannya dibanding dirinya.

Dari lingkaran katulistiwa, Indonesia memiliki 12,5%, dan itu lebih dari
cukup untuk menguasai akses angkasa, satelit dan wilayah otoritas
politik maupun perekonomian informasi dan komunikasi. Kita adalah a big
boss industri teknologi informasi sedunia. Tapi kita sangat rendah hati
dan mengalah. Kita tidak tega kepada "negara kecamatan" bernama
Singapura,sehingga kekayaan kita itu kita sedekahkan kepada tetangga
kecil itu.

Keluasan teritorial dan kesuburan bumi maupun lautan,kekayaan perut
bumi,
tambang- tambang karun, keunggulan bakat manusia-manusia Indonesia,
pelajar-pelajar kelas Olimpiade, kenekatan hidup tanpa manajemen,
ideologi bonek, jumlah penduduk, kegilaan genetik dan antropologisnya,
dan berbagai macam kekayaan lain yang dimiliki oleh "penggalan sorga"
bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia-sungguh- sungguh merupakan
potensi yang tak tertandingi oleh negara dan bangsa mana pun di muka
bumi. Tetapi, sekali lagi, kita adalah bangsa yang lembut hati dan jauh
dari watak "raja tega".
Kekayaan-kekayaan itu kita persilakan dikenduri oleh industri
multinasional dan orang-orang serakah: emas rojo brono diangkuti tiap
hari ke mancanegara. Dan itu bukan kekalahan, itu adalah kebesaran jiwa.

Kita bangsa yang kaya raya karena amat sangat disayang Tuhan sehingga
kita pesta sedekah dan infak. Rakyat kebanyakan ikhlas menderita karena
memilih surga dan toleran kepada sejumlah minoritas yang memang memilih
neraka.
Itu terkadang rakyat ikut rakus sedikit-sedikit, dengan pertimbangan tak
enak atau pekewuh kalau kita dari dunia langsung masuk surga tanpa
menengok saudara-saudara kita yang di neraka. Tak baiklah itu. Apa
salahnya kita mampir juga beberapa saat di neraka, ngerumpi dengan
handai tolan di sana. Pada suatu hari, TVRI, RRI, TNI, Polri, dan
berbagai mesin rumah tangga negara kita sewakan atau jual kepada
tetangga.

Berikutnya kita bercita-cita tak usah repot-repot menghabiskan ratusan
miliar untuk pemilihan presiden. Kita bisa mengontrak tokoh manajemen
dunia untuk memimpin negeri kita. Juga menteri-menteri kita kontrak dari
luar negeri, sebagaimana para pemain sepak bola. Dan puncaknya kelak,
MPR bisa mengambil keputusan untuk bikin proposal memohon kepada
Kerajaan Belanda agar berkenan memimpin kita lagi. Bangsa kita adalah
bangsa filosof. Kalau presiden kita kontrakkan dari Belanda atau
terserah negeri maju manapun kita persilakan memimpin, itu tidak berarti
kita berada di bawah mereka. Dalam teori demokrasi, rakyat selalu
tertinggi, presiden dan kabinet hanya orang yang kita upah dan harus
taat kepada kita.

Jadi, sesungguhnya bangsa Indonesia tetap di atas. Sebagaimana seorang
Imam salat diangkat oleh makmumnya, imam pada hakikatnya harus taat
kepada makmum. Yang memilih ditaati oleh yang dipilih, apalagi yang
dipilih itu digaji. Makmum yang memilih imam, tidak ada imam memilih
makmum. Sejak 200 tahun lalu, kekuatan bangsa Indonesia membuat dunia
miris. Maka perlahan-perlahan, terdesain atau tak sengaja terdapat
semacam perjanjian tak tertulis di kalangan kepemimpinan dunia di
berbagai bidang: jangan sampai Indonesia menjadi bangsa yang besar,
jangan sampai Indonesia menjadi negara yang maju.

Sebab potensi alam dan manusia tak bisa dilawan oleh siapa pun. Kalau
diberi peluang, masyarakat setan dan iblis pun kalah unggul dibanding
umat manusia Indonesia. Sedangkan orang Indonesia hidup iseng dan
sambilan saja dalam melakukan apa pun: setan-setan sudah semakin
terpinggirkan dan kehilangan pekerjaan. Kita pun sangat suportif kepada
kehendak dunia untuk mengerdilkan bangsa kita. Kita membantu sepenuh
hati upaya-upaya untuk mengerdilkan diri kita sendiri.

Sehari-hari, dalam pergaulan maupun dalam urusan-urusan konstelatif
tuktural, kita sangat rajin menghancurkan siapa pun yang menunjukkan
perilaku menuju kemungkinan mencapai kebesaran dan kemajuan bangsa
Indonesia.

Setiap orang unggul tak kita akui keunggulannya. Setiap orang hebat kita
cari buruknya. Setiap orang berbakat kita kipasi agar bekerja di luar
negeri. Setiap orang baik tak akan pernah kita percaya. Setiap orang
tulus kita siksa dengan kecurigaan. Setiap orang ikhlas kita santai
dengan fitnah.Setiap akan muncul pemimpin sejati, harus sesegera mungkin
kita bikin ranjau untuk menjebak dan menghancurkannya. Kita benar-benar
sudah hampir lulus menjadi bangsa yang besar. Dan puncak kebesaran kita
adalah kesediaan kita untuk menjadi kerdil.

EMHA AINUN NADJIB* *) Budayawan

Iseng-iseng

tulisan ini saya dapatkan dari sebuah forum.memang pertanyaanya agak jadul sih dan uda pernah,cman saya rasa cukup menarik buat iseng-iseng aja,hehe..



Dengan menjawab soal-soal di bawah ini akan terbukti bahwa berpikir
pendek sering mengecoh kita

Di bawah ini ada empat (4) pertanyaan dan satu bonus.

Jawablah semua tanpa banyak pikir.
Cuma boleh berpikir sedetik, jawab segera. OK?

Ayo cari tahu, seberapa pintar anda... .

Siap? GO!!! (gulung layar)

Pertanyaan pertama:

Anda ikut berlomba. Anda menyalip orang di posisi nomor dua.
Sekarang posisi anda nomor berapa?

~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~

Jawaban:

Jika anda menjawab Nomor Satu, anda SALAH BESAR!

Jika anda menyalip orang nomor dua, sekarang andalah yang
ada di posisi nomor dua!

Jangan ngaco lagi, ya?

Sekarang jawab pertanyaan kedua, tapi jangan berpikir lebih banyak
daripada ketika menjawab pertanyaan pertama tadi, OK ?

Pertanyaan Kedua:

Jika anda menyalip orang di posisi terakhir, sekarang
anda di posisi??

(gulung layar)

~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~

Jawaban:

Jika anda menjawab anda orang kedua dari terakhir, anda SALAH LAGI!!?

Coba, bagaimana caranya menyalip orang TERAKHIR?

Anda sebetulnya tidak terlalu pintar, 'kan ?

Pertanyaan ketiga:

Hitung-hitungan yang pelik! Catatan: kerjakan di pikiran anda saja.

JANGAN gunakan kertas atau pensil atau kalkulator.

Cobalah.

Ambil 1000 dan tambahkan 40 padanya.
Sekarang tambahkan 1000 lagi.
Sekarang tambahkan 30.
Tambahkan 1000 lagi.
Sekarang tambahkan 20.
Sekarang tambahkan 1000.
Sekarang tambahkan 10.
Berapa totalnya?

gulung layar.....

~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~

Apakah hasilnya 5000?

Jawaban yang benar adalah 4100.

Kalau tidak percaya, cek dengan kalkulator!

Hari apes, 'kan?

Mungkin di pertanyaan terakhir anda bisa benar...
....Mungkin! !!

Pertanyaan keempat:

Ayah Mary punya lima anak:
1. Nana, 2. Nene, 3. Nini, 4. Nono

Siapa nama anak kelima?

~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~

Apa anda menjawab Nunu?

BUKAN! Tentu saja bukan.

Anak kelima namanya Mary.

Baca lagi pertanyaannya!

Okay, sekarang ronde bonus:

SEORANG bisu pergi ke toko dan ingin membeli sikat gigi.

Dengan menirukan orang menggosok gigi, ia berhasil menyampaikan
keinginannya pada penjaga toko dan ia berhasil membeli sikat gigi...

Berikutnya, seorang buta masuk ke toko itu dan ingin
membeli kacamata hitam,
bagaimana DIA menunjukkan keinginannya?

~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~

Langsung aja ngomong, dia kan gak bisu...



hehe..menarik aja sih,thx buat yang bkin gnian...maaf kalo repostand ga suka..

another facts....

tambahan lagi dari artikel yang sebelumnya....

Liberty Statue
Patung Liberty - kebanggaan dan simbol kota New York - ternyata bukan dibuat di New York. Patung tersebut, yang didesain oleh pemahat Perancis, Frederic-Auguste Bartholdi pertama kali dibangun dan disusun di Perancis pada tahun 1884. Patung Dewi Kemerdekaan tersebut dipersembahkan oleh rakyat Perancis kepada rakyat Amerika - sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan Amerika ke 100.

Setelah selesai dibuat di Perancis - patung tersebut dibongkar, dan dikemas dalam 200 muatan besar untuk dikirim ke Amerika. Patung Liberty selanjutnya disusun kembali di Bedloe's Island di mulut pelabuhan kota New York. Sedemikian lama proses pengepakan ini, hingga patung Liberty baru bisa diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1886 - sepuluh tahun setelah HUT kemerdekaan Amerika yang ke 100.

Dengan tinggi 46 meter dan berat 204 ton, Patung Liberty berdiri di atas landasan setinggi 46 meter. Bagian dalamnya diisi oleh rangka baja - sementara bagian luarnya dibuat dari plat tembaga. Rangka baja patung Liberty - dibuat dan dirancang oleh Gustave Eiffel - orang yang juga merancang dan membangun Menara Eiffel.

Scotland Yard
Mengapa kepolisian Inggris disebut "Scotland Yard" sekalipun mereka bukan berasal dari Skotlandia ataupun berada di Skotlandia…?

Sebutan ini ternyata berasal dari riwayat didirikannya Kantor Kepolisian London di tahun 1829. Kantor ini didirikan di gedung Nomer 4 Whitehall Place di kota London - tepat di sebelah bangunan yang sering didiami raja-raja, bangsawan, atau tamu penting lainnya yang berasal dari Skotlandia. Seperti kita ketahui, Inggris sebenarnya adalah gabungan tiga kerajaan (United Kingdom) : Skotlandia, Wales, dan England.

Karena "bertetangga" dengan gedung kerajaan Skotlandia itulah, maka kepolisian Inggris memperoleh nama Scotland Yard. Parahnya, nama ini sedemikian lengket - hingga saat gedung kepolisian tersebut dipindahkan ke kantor yang baru di tahun 1890 - gedung yang baru diberi nama "New Scotland Yard", padahal tidak lagi bertetangga dengan gedung kerajaan Skotlandia. Saat ini Kantor Pusat Kepolisian London berada di daerah Westminster.

Antonio Todde
At 112, Antonio Todde, born on 22 Jan 1889 in Tiana, Sardinia, Italy, is the oldest living man in the world. He puts his longevity down to a lifetime of hard work and a daily glass of locally produced red wine. Sardinia's exceptionally high concentration of centenarians is attributed mainly to genes. Both Antonio's parents lived well into their nineties, and his four children are all in their eighties.

The greatest age to which any man has ever lived is 120 years 237 days. Shigechiyo Izumi, of Isen on Tokunoshima, an island 1,320 km south-west of Japan, was born on 29 June 1865 and dien on 21 Feb 1986. He worked until he was 105. He drank sho-chu (distilled from barley) and took up smokin at the age of 70. He attributed his long life to 'God, Buddha, and the Sun'.

Amazon.com
Amazon.com, founded in 1994 by Jeff Bezos (USA), opened its virtual doors in July 1995 and has now sold products to more than 13 million customers in over 160 countries, making it the largest online bookshop. It has a catalogue of 4.7 million books, CDs and videos, including titles presently out of print. Although there are over three million books actively in print, no one could build a bookstore large enough to hold them. The largest known conventional bookstores carry 177,000 titles. When Bezos started this business, he worked out of an office from his garage in Seattle, Washington, USA -- wrapping book orders himself and delivering them to the post office in the family car.

Hotmail
Hotmail is the world's largest free web-based e-mail service provider and had more than 70 million subscribers in April 2001. Every day Hotmails adds 100,000 new users. It is available in 230 countries and has 12 million unique logins per month.

Umberto
Raja Umberto I (1844-1900) dari Italia, memiliki seorang "kembaran" bernama Umberto Santini. Saya sebut "kembaran" - karena sekalipun berasal dari orang tua berbeda - tetapi keduanya memiliki ciri-ciri yang bahkan jauh melampaui kesamaan anak kembar.

Keduanya memiliki tampang yang serupa, keduanya lahir pada hari yang sama di Turino, keduanya memiliki istri bernama Margherita, dan juga anak yang sama-sama bernama Vittorio.

Kesamaan istimewa lainnya, Raja Umberto I naik tahta pada hari yang sama Umberto Santini membuka usaha restorannya.

Semua kesamaan ini diakhiri pula secara tragis. Raja Umberto I dan Umberto Santini - keduanya tewas karena tertembak - pada hari yang sama, di kota yang sama - Monza - Italia. Raja Umberto I menjadi korban pembunuhan, sementara Umberto Santini karena kecelakaan senjata api.

Ptolomeus II
Raja Ptolomeus II yang memerintah Mesir (bukan Mesir Kuno)dari masa 285 sampai 246 sM, memiliki nama asli "Philadephus" - yang berarti "penyayang saudara". Namun semasa hidupnya, ia telah membunuh dua saudara laki-lakinya.

Penerusnya, ternyata tidak lebih baik. Raja Ptolomeus IV, yang memerintah Mesir dari masa 221 hingga 203 sM, memiliki nama asli "Philopator" - yang berarti "penyayang ayah". Dan tepat seperti dugaan anda. Semasa hidupnya, Raja Ptolomeus IV - telah membunuh ayahnya

England rules
Sebuah undang-undang di Inggris pernah mengharuskan setiap jenazah yang dikubur menggunakan kain wool sebagai pembungkus jenazah, atau kain kafan.

Tujuannya tentu saja bukan demi kenyamanan si mati melainkan untuk meningkatkan perdagangan wool yang sedang lesu di Inggris masa itu. Undang-undang ini sempat berlaku 148 tahun sebelum dicabut di tahun 1814.

TOMAT
Dulu, orang Amerika sangat takut terhadap buah Tomat, dan menganggapnya beracun serta tidak bisa dimakan, karena tomat masih sekeluarga dengan kecubung.
Namun tentu saja itu tidak berlangsung terus. Keadaan berubah setelah seorang dokter asal Virginia bernama Dr. Siccary di tahun 1733 berani 'menantang maut' dengan memakan beberapa buah Tomat di depan orang banyak, masyarakat Amerika menjadi percaya bahwa Tomat tidak beracun dan bahkan memiliki rasa nikmat. Di masa kini Amerika Serikat adalah produsen dan konsumen Tomat terbesar di dunia.


moga-moga bisa nambah ilmu...amin

Menjelang Wafatnya Soekarno "The Missing Files"

beberapa waktu lalu mantan presiden kedua kita telah meninggal dunia dengan menyisakan berbagai macam kontroversi di sekitarnya.Berbagai macam cerita dan misteri belum terungkap semasa beliau menjabat sebagai presiden RI.

yang menarik yang saya cermati dari hal ini yaitu perlakuan yg berbeda disaat presiden pertama kita Soekarno sakit dengan Suharto yang saat ini telah meninggal dunia.tidak ada maksud apa-apa saya membuat tulisan ini.saya juga bukan sukarnois atau suhartois.saya memanggap keduanya orang yang telah berjasa bagi bangsa Indonesia dengan segala bumbu-bumbunya.saya menganggap mereka sebagai seorang mantan presiden RI,no more or less.

disni saya ingin berbagi cerita yang saya dapat disaat sakitnya presiden pertama kita,Ir Soekarno.

Menjelang Wafatnya sang Proklamator (1)

JAKARTA – Sembilan buku besar tertumpuk rapih di salah satu ruangan di rumah Rachmawati Soekarnoputri, Jl. Jati Padang Raya No. 54 A, Pejaten, Jakarta Selatan. Buku bertuliskan tangan itu berisi medical record (catatan medis) mantan Presiden Soekarno selama sakit di Wisma Yaso, Jakarta.
Ada pula tujuh lembar kertas tua yang warnanya sudah memudar kecokelatan. Ini juga menjadi bukti riwayat penyakit Bung Karno. Kopnya bertuliskan Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi, Djl. Kartini 14, telpon 354, Bogor. Tapi yang lebih membuat dahi ini berkernyit keras, nama pasien disamarkan. Misalnya, ada yang tertera namanya Taufan (salah seorang putra Soekarno).
Menguak peristiwa yang terjadi tahun 1965-1970 itu memang tidak mudah. Pada masa lalu
membicarakan masalah ini secara terbuka menjadi hal tabu. Maka tak heran jika sekarang
banyak orang, terutama generasi muda, tak mengetahui kebenaran sejarah tersebut. Namun kini, ketika semua mata dan seluruh perhatian tertumpah di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) sehubungan dengan sakitnya mantan Presiden Soeharto sejak 4 Januari 2008, rasa ingin tahu tentang masa lalu pun kembali mengusik. Itu semata-mata karena Soeharto dan Soekarno sama-sama mantan kepala negara. Adalah Rachmawati Soekarnoputri, putri ketiga Soekarno, yang sangat ingin menyerahkan catatan medis ayahnya kepada pemerintah. "Ini kalau pemerintah butuh data-data pendukung dan ingin melihat dari segi kebenaran, bukan hanya cerita fiktif," tutur Rachmawati kepada SH di kediamannya, Sabtu (19/1) sore. Maklum, seorang mantan menteri Orde Baru pernah berkomentar bahwa perlakuan terhadap Soekarno ketika sakit tidak sekejam itu. "Saya tak mau gegabah.
Ini bukan make up story, karena Kartono Mohamad saja (saat itu Ketua Ikatan Dokter Indonesia/IDI-red), mengatakan perawatan terhadap Bung Karno seperti perawatan terhadap keluarga sangat miskin," kata Rachmawati.
Di sore hari itu, Rachmawati tidak sanggup bercerita banyak. Ia hanya tersedu sedan, hal itu
sudah menggambarkan betapa getir kenangan yang dialaminya. Tetapi sebuah artikel yang pernah
dimuat SH pada 15 Mei 2006, memberikan gambaran lebih lengkap. "Seorang perempuan muncul di
Kantor IDI di Jakarta, awal 1990-an," demikian kalimat pertama artikel tersebut. Perempuan itu ingin bertemu Kartono Mohamad untuk menyerahkan 10 bundel buku berisi catatan para perawat jaga Soekarno. Namun jauh sebelum pertemuan itu, Kartono bertemu Wu Jie Ping, dokter yang pernah merawat Soekarno di Hong Kong. Wu mengungkapkan bahwa Soekarno "hanya" mengalami stroke ringan akibat penyempitan sesaat di pembuluh darah otak saat diberitakan sakit pada awal Agustus 1965, dan sama sekali tidak mengalami koma seperti isu yang beredar. Ini menepis spekulasi bahwa Soekarno tidak akan mampu menyampaikan pidato kenegaraan pada peringatan hari proklamasi 17 Agustus 1965. Dan nyatanya, Soekarno tetap hadir pada peringatan detik-detik proklamasi 17 Agustus itu di Istana Merdeka, lengkap dengan tongkat komandonya.

Diperiksa Dokter Hewan

Setelah kembali lagi ke Jakarta, Kartono menemui Mahar Mardjono, dokter yang tahu banyak soal stroke.
Rupanya Kartono tak hanya bercerita soal stroke, tapi juga rentetan kejadian yang dengan sengaja menelantarkan Soekarno. Maka bundel buku yang dibawa perempuan itu semakin menguatkan kegelisahan Kartono.
Namun Indonesia di awal 1990-an, kebenaran hanya boleh ditentukan oleh penguasa. Maka bundel buku itu hanya teronggok di meja kerja Kartono selama bertahun-tahun. Hingga kemudian, krisis moneter meledak.
Rakyat turun ke jalan dan Presiden Soeharto, yang telah berkuasa selama 32 tahun, dipaksa meletakkan jabatan. Indonesia berubah wajah. Kartono pun teringat onggokan buku itu.
Ia bergegas ke RSPAD, rumah sakit yang mempekerjakan empat perawat di Wisma Yaso.
Kartono berharap dapat menemukan mereka, agar bangsa Indonesia mendapat cerita yang lengkap
tentang tahun-tahun terakhir Soekarno. Namun menemukan Dinah, Dasih, J. Sumiati, dan Masnetty ternyata bukan hal mudah. Seorang di antara mereka meninggal, sedangkan yang lain sudah pensiun.
RSPAD pun mendadak tak memiliki file atau berkas dari para perawat ini.
Kartono kehilangan jejak. Upayanya untuk mencari medical record Soekarno gagal. Pihak RSPAD
mengatakan bahwa keluarga Soekarno telah membawanya. Ketika ini ditanyakan kepada
Rachmawati, ia hanya geleng-geleng kepala. "Tidak, tidak," jawabnya lirih.
Yang membuatnya semakin terenyuh, sebelum dibawa ke Jakarta, Soekarno ditangani oleh dokter
Soerojo yang seorang dokter hewan. Jejak ini terlihat dari berkas berkop Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi.
Bahkan setelah dipindah ke RSPAD karena sakit ginjalnya semakin parah, upaya untuk melakukan cuci darah tidak dapat dilakukan dengan alasan RSPAD tidak mempunyai peralatan. Catatan medis juga menyebutkan obat yang diberikan hanya vitamin (B12, B kompleks, royal jelly) dan Duvadillan, obat untuk mengurangi penyempitan pembuluh darah perifer. Perihal tekanan darah tinggi yang juga disebutkan dalam catatan medis, juga menyisakan tanya pada diri Rachmawati.
Setiap kali menjenguk sang ayah dan mencicipi makanannya, masakan selalu terasa asin. "Saya kecewa dengan semua perawatan itu. Ini sama saja dengan membiarkan orang berlalu," lanjut Rachmawati.
Seorang mantan pejabat di era Presiden Soekarno membenarkan terjadinya fakta seputar masa sakit Soekarno yang tersia-sia. "Tidak seperti sekarang ini, perawatan terhadap Soeharto. Sangat berbeda, padahal seharusnya semua mantan presiden berhak dirawat secara all out dan diongkosi oleh negara," katanya.
Purnawirawan perwira tinggi militer itu juga mengungkapkan, perlakuan seragam terhadap Soekarno berasal dari sebuah instruksi. "Yang memberi instruksi ya orang yang sekarang sedang dirawat itu," katanya.
Namun pria ini enggan dituliskan namanya. "Wah, kalau ditulis di koran saya pasti digangguin...," tuturnya dengan nada serius.


Menjelang Wafatnya sang Proklamator (2)

JAKARTA – Selembar foto hitam putih menguak penderitaan Soekarno ketika tergolek sakit di
Wisma Yaso, Jakarta, 15 hari sebelum ia wafat. Kedua pipinya terlihat bengkak, gejala fisik pasien gagal ginjal.
Matanya sedikit terbuka, tapi tanpa ekspresi. Raut wajahnya menampak kepasrahan yang begitu dalam.
Soekarno terlihat berbaring di atas sofa berukuran sempit dengan sebuah bantal.
Kedua tangannya dicoba ditangkupkan. Siapa sangka, pria gagah inilah sang proklamator yang mengantarkan
Negara Indonesia ke pintu kemerdekaan hingga detik ini.
Gambar ini dibuat secara diam-diam oleh Rachmawati Soekarnoputri bersama Guruh Soekarnoputra,
6 Juni 1970. Sebuah momentum bertepatan dengan hari ulang tahun Soekarno yang ke-69.
”Dik, ikut yuk, saya mau motret bapak,” tutur Rachmawati kepada adiknya, Guruh, kala itu.
Rupanya foto tersebut kemudian dikirimkan Rachmawati ke Kantor Berita AP dan dimuat di Harian Sinar Harapan.
Maka gemparlah, dan Rachmawati diinterogasi oleh Corps Polisi Militer
(CPM). Rachmawati pun bertanya, ”Mengapa dilarang memotret, memangnya status Bung Karno apa?”
Tetapi tak pernah ada jawaban tentang apa status Soekarno, sampai detik ini. ”Jadi semua
serbasumir. Tak ada kejelasan tentang status bapak sampai bapak meninggal,” kata Rachmawati
kepada SH di kediamannya di Jl. Jati Padang Raya No. 54A, Pejaten, Jakarta Selatan, Sabtu (19/1) sore.

Di saat kondisi penyakit ayahnya semakin kritis dan putra-putri ingin membesuknya, mereka
tetap harus melapor dulu ke Pomdam Jaya, sehingga tidak dapat menengok setiap hari. Wisma
Yaso yang terletak di Jl. Gatot Subroto, Jakarta, itu padahal merupakan kediaman istri
Soekarno, yakni Dewi Soekarno. Begitu pula Soekarno sendiri, dalam kondisi sakit masih tetap
harus menjalani pemeriksaan oleh Kopkamtib tiga bulan sekali.
Situasi seperti itu semakin menambah kalut keluarga Soekarno, setelah sebelumnya didera
cobaan bertubi-tubi. Pada pertengahan 1965, sebuah rumor mengabarkan Soekarno mengalami koma
sehingga diperkirakan tidak bisa menyampaikan pidato kenegaraan pada peringatan Proklamasi
17 Agustus 1965. Tetapi nyatanya, Soekarno hadir pada peringatan detik-detik proklamasi
tersebut di Istana Merdeka, lengkap dengan pakaian kebesaran dan tongkat komandonya.
Tahun berikutnya, setelah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) diteken 11 Maret 1966, keluarga Soekarno mendapat kiriman radiogram pada tahun 1967, berupa perintah supaya mereka keluar dari Istana Bogor.
Maka kemudian di tahun 1968, Soekarno pindah dari Istana Bogor ke Batu Tulis, masih di wilayah Bogor.
Ternyata hawa dingin di Bogor membuat penyakit rematik Bung Karno semakin parah. Saat itu Soekarno ditangani oleh dokter Soerojo, dokter hewan. Bukti ini dikuatkan dengan dokumen riwayat penyakit Bung Karno di atas tujuh lembar
kertas tua yang warnanya sudah memudar kecokelatan.
Kopnya bertuliskan Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi,
Djl. Kartini 14, telpon 354, Bogor. Menurut Rachmawati, penanganan dokter Soerojo saat itu pun hanya bersifat insidental.
Lantaran rasa sakit makin tak tertahankan, akhirnya Soekarno mengutus Rachmawati untuk
menyampaikan surat permohonan kepada Soeharto agar diperbolehkan kembali ke Jakarta.
”Saya diterima Pak Harto di Cendana, menyampaikan permintaan agar bapak dipindah ke Jakarta.
Saya harus menunggu jawabannya dua minggu, aduh…,” tutur Rachmawati tak habis pikir.
Akhirnya, Soekarno dipindah ke Wisma Yaso di Jakarta, yang sekarang menjadi Museum Satria Mandala.
Beberapa minggu kemudian dibentuklah tim dokter dengan ketua Mahar Mardjono. Tetapi karena
Wisma Yaso hanya rumah biasa, tentu saja fasilitas medis yang tersedia sangat berbeda dengan
jika dirawat di rumah sakit.

Tidak Cuci Darah

Hari-hari berikutnya, kondisi Soekarno menurun drastis. Seperti yang terdokumentasi dalam
foto Rachmawati tersebut, pipi Soekarno sudah membengkak, pertanda mengalami gagal ginjal.
Kondisi makin kritis. Hingga akhirnya pada 11 Juni 1970 mantan Presiden I RI itu dilarikan
ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
Rupanya pindah perawatan ke rumah sakit tidak seluruhnya menyelesaikan masalah. Perawatan
yang diberikan tetap tidak maksimal dan peralatan medis seadanya. Pada saat dokter
memastikan harus dilakukan cuci darah, upaya satu-satunya ini tidak dapat dilaksanakan.
Alasannya, RSPAD tidak memiliki peralatan untuk cuci darah. ”Ini sama saja membiarkan orang
cepat berlalu...,” tutur Rachmawati.
Begitu pula dengan obat-obatan, tidak tersedia di RSPAD sehingga putra-putri Soekarno
membelinya sendiri di apotek di Kebayoran. ”Ada satu periode di mana saya tidak boleh
menengok bapak,” ungkap Rachmawati. Dalam keadaan genting seperti itu, keluarga masih tetap
tidak diizinkan tidur di rumah sakit untuk menunggui sang ayah. Mereka hanya boleh menunggu
di dalam mobil di tempat parkir.
Tak ada pula teman-teman yang bisa menjenguknya, kecuali Mohammad Hatta. Rachmawati
mengakui, selepas tahun 1965 memang terjadi de-Soekarno-isasi. Semua hal yang berbau
Soekarno harus disingkirkan sejauh mungkin.
Hingga akhirnya pada 21 Juni 1970, Soekarno wafat. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Wisma
Yaso dan dilepas oleh Presiden Soeharto untuk diterbangkan ke Blitar, Jawa Timur. Itulah
kali pertama Soeharto melihat fisik Soekarno setelah disingkirkan dari Istana Kepresidenan.
Yang menjadi inspektur upacara pada pemakaman itu Jenderal TNI M Panggabean, tanpa kehadiran
Presiden Soeharto di Blitar.
Mengapa pusara mantan Presiden I RI itu berada di kompleks pemakaman Desa Bendogerit,
Blitar? Lokasi itu dipilihkan oleh negara dengan alasan dekat dengan makam kedua orangtua
Soekarno. Pihak keluarga sebenarnya mengajukan permintaan sesuai wasiat Soekarno, yaitu
dimakamkan di Batu Tulis atau di lokasi lain di Bogor.
Juga ketika gaung agar Tap MPR No. 11 Tahun 1998 tentang KKN mantan Presiden Soeharto
dikumandangkan kembali tatkala Soeharto sakit di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP),
Rachmawati meminta dicabutnya Tap MPRS No. XXXIII/1967.
Tap MPRS itu intinya adalah mencabut mandat MPRS dari Soekarno dan mengangkat Soeharto
sebagai Pejabat Presiden. ”Secara pribadi saya berharap ada rehabilitasi. Dan Tap MPRS harus
dicabut karena beban politik berbeda dengan beban pidana atau perdata,” lanjut Rachmawati.
Putri ketiga Soekarno itu pun hanya geleng-geleng kepala, ketika mengetahui kondisi kesehatan Soeharto yang sedang dirawat di RSPP mulai membaik. Semua orang juga tahu, betapa
luar biasa dan istimewanya fasilitas untuk Soeharto.
Tetapi Rachmawati sama sekali tidak menaruh rasa dendam. Yang ia inginkan hanyalah,
kebenaran sejarah.

oleh :
Wahyu Dramastuti
Copyright © Sinar Harapan
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0801/22/sh05.html
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0801/23/sh04.html

sekedar ingin berbagi...

Lifescapes

random thoughts and passion of my life

About Me

My Photo
bhagas
sleep deprived person
View my complete profile

Blog Archive